Friday, March 15, 2013

Tugas Psikoterapi


1.    Psikoterapi
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist). Seorang psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar belakang apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mampu melakukan psikoterapi.
Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Seorang psikoterapis dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologisnya akan membantu klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.
Corsini (1989) mengungkapkan psikoterapi sebagai suatu proses formal dan interaksi antara dua pihak yang memiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress). Sedangkan Wolberg (1967), mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan skimtom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Adapun proses psikoterapi sendiri perlu mempertimbangkan tiga karakteristik dari sebuah terapi menurut Corey (2009), yakni:
  1. Proses, yang melibatkan interaksi dua pihak formal, profesional, legal, dan etis; 
  2. Tujuan terapi, yakni perubahan kondisi psikologis individu menjadi pribadi yang positif; dan 
  3. Tindakan terapi, yang berdasakan ilmu (teori), teknik, dan kemampuan yang formal
2.    Tujuan Psikoterapi
Tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, menurut tokoh Corey (1991).
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan tingkah laku adalah secara umum untuk menghilangkan perilaku dan mencari apa yang dapat dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan aktif dalam menyusun terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bisa tercapai.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik dan Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dan toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk membantu seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa sebarapa jauh tindakannya berhasil.
Berbagai literatur lama yang dikemukakan oleh Supriyadi dkk ( 2005) menyebutkan bahwa konseling dan psikoterapi dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu berdasarkan (1) tujuan, (2) klien, konselor dan penyelenggaranya dan (3) metode. Pendapat para ahli itu bisa diringkas dalam tabel berikut:

KONSELING
PSIKOTERAPI
Tujuan
Membantu klien menghadapi tugas tugas perkembangan
Upaya pencegahan agar penyimpanngan yang terjadi tidak merusak dirinya
Bersangkut paut dengan pendidikan, pekerjaan atau karir
(Hahn & Mac Lean)
Penyembuhan



Masalah kepribdaian dan pengambilan keputusan
Usaha mengatasi klien dengan gangguan kecemasan biasa (normal anxiety) (Mowrer 1953)
Mengatasi neurotic anxiety
Bantuan kepada klien agar menumbuhkan identitas (Tyler:1961)
Melakukan perubahan pada struktur dasar kepribadian
Berhubungan dengan perilaku yang berkaitan dengan perannya
Berhubungan dengan konflik internal klien
Suportive dan re-education (Wolberg)
Merekonstruksi kepribadian seseorang (reconstructive)
Terkait dengan hal hal yang mempengaruhi perkembangan seseorang dan membawa seseorang pada situasi adekuat sesuai dengan perannya (Steffle & Grant 1972)
Usaha untuk mengubah struktur kepribadian
Developmental, educative, preventive (Blocher: 1966)
Remiditive, adjustive, therapeutic
Klien, Konselor dan Penyelenggara
Menghadapi klien yang normal (Paterson 1973) Pallone (1977)
Klien tidak digolongkan sebagai orang yang berpenyakit jiwa, tetapi orang yang bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya.
Memusatkan perubahan tingkah laku tidak hanya pengertian
Menghadapi pasien neurosis atau psikosis
Metode
Diawali dengan rapport
Diawali dengan rapport
Berhubungan dengan kesadaran
Berhubungan dengan kesembuhan
Lingkungan pendidikan dan non medis
Lingkungan medis
Berhubungan dengan kesadaran
Berhubungan dengan ketidak sadaran
Metode pendidikan
Metode pendidikan

Perbedaan Konseling dan Psikoterapi menurut Corey (1988):
Konseling:
1.      Adanya peningkatan kesadaran dan memungkinkan memilih
2.      Difokuskan pada masalah
3.      Membantu individu untuk menyingkirkan hal-hal yang menghambat pertumbuhan individu tersebut
4.      Individu dibantu untuk menemukan sumber-sumber pribadi agar bisa hidup lebih efektif
Psikoterapi:
1.      Difokuskan pada proses-proses tak sadar
2.      Berurusan dengan pengubahan struktur kepribadian
3.      Mengarah pada pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya berurusan dengan usaha mengatasi krisis kehidupan tertentu

Konseling:
Menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”.  Konseling bukan hanya hubungan profesional antara dokter-pasien, tetapi dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan, dsb. 

3.    Unsur Psikoterapi
Dalam psikoterapi, unsur-unsur aktif dalam pekerjaan reparasi emosional ini meliputi hubungan baik dan rasa percaya antara klien dan terapis yang bergerak bersama dengan baik serta terbukanya aliran emosi yang lebih bebas antara klien dengan terapis.
Masserman (dalam Residen Bagian Psikiatri, 2007) telah melaporkan tujuh parameter pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk peran sosial (“martabat”) psikoterapis, hubungan (persekutuan terapiutik), hak, retrospeksi, re-edukasi, rehabilitasi, resosialisasi, dan rekapitulasi.
Unsur-unsur psikoterapiutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapiutik, keadaan mental, dan kebutuhan pasien.
4.    Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Di Amerika dan di Eropa, profesi konselor tidak bisa dipisahkan dari dunia terapi. Richard Nelson (2011) menuliskan; upaya untuk memisahkan konseling dan terapi tidak pernah berhasil sepenuhnya. Konseling dan psikoterapi  merepresentasikan kegiatan yang berbeda, namun keduanya menggunakan model model teoritik yang sama. Konselor dan psikoterapis di Inggris menyatu dalam asosiasi yang sama, karena mereka tidak bisa memisahkan perbedaan mendasar antara mereka. Maka mereka menyatu dalam British Association for Counseling and Psychoterapy. Demikian pula halnya di Australia, konselor dengan psikoterapis bersatu dalam wadah yang satu yang disebut Psychotherapy & Counseling Federation of Australia.
Salah satu ahli yang berupaya membedakan antara konseling dengan psikoterapi adalah Raymond J. Corsini, dalam bukunya Current PsyChoTherapies (1989) ia mencoba membedakan konseling dan psiko terapi hanya dari kuantitas kegiatannya bukan pada kualitas pekerjaanya.
Proses

Counseling (%)
Psikoterapi (%)
Mendengar
20
60
Bertanya
15
10
Mengevaluasi
5
5
Interpretasi
1
3
Men-support
5
10
Menjelaskan
15
5
Informasi
20
3
Menasihati
10
3
Mengatur
9
1
Estimasi presentase pemanfaatan waktu Konselor dan Psikotherapis
Dengan angka-angka itu, Corsini tidak bisa menemukan perbedaan fundamental dari kedua profesi ini. Bahkan dengan melihat fakta yang dikuatifikasi tersebut menjadi sulit untuk membuat perbedaan definisi antara keduanya.
Sekolah-sekolah yang menggunakan konsep internasional di Indonesia, pada umumnya lebih memilih merekrut psikolog daripada guru Bimbingan Konseling. Mengapa? Menurut beberapa dari mereka kekuatan guru konseling ada pada administrainya, sedangkan psikolog lebih terampil menangani kasus-kasus siswa. Padahal, guru Bimbingan Konseling diadakan untuk tujuan tersebut.
Sementara itu, di Amerika, konselor di sekolah juga melakukan terapi kepada siswa-siswinya. Sebagaimana psikoterapis, mereka juga diikat dengan kode etik yang sama. Geerald Corey dalam bukunya Theory and Practice of Counseling and Psychoterapi menuliskan, segenap calon terapis dan konselor (di sekolah) harus mempelajari 19 hal yang telah ditetapkan oleh APA (The American Psychological Association) karena secara etik hal itu mengikat bagi mereka. Ke sembilan belas hal itu adalah
(1) Tanggungjawab,
(2) Kompetensi,
(3) Standard moral dan hukum,
(4) Penggambaran yang salah,
(5) Pernyataan-pernyataan di hadapan publik,
(6) Kerahasiaan,
(7) Kesejahteraan klien,
(8) Hubungan klien-terapis,
(9) Pelayanan-pelayanan impersonal,
(10) Pengumuman pelayanan-pelayanan,
(11) Hubungan-hubungan antar profesi,
(12) Pemberian pengajaran,
(13) Keamanan tes,
(14) Penafsiran tes,
(15) Publikasi tes,
(16) Kehati-hatian meneliti,
(17) Kredit publikasi,
(18) Tanggungjawab organisasi, dan
(19) Aktivitas promosi. Lihatlah di Amerika konselor dan terapis diikat dengan tali yang sama dalam begitu banyak hal. Hal itu mengindikasikan sedikitnya perbedaan antara konselor dan psikoterapis.
Apa yang harus diperhatikan oleh konselor adalah memahami batas-batas etika. Para  terapis yang etis tidak menggunakan diagnotika atau prosedur-prosedur treatment yang berada di luar lingkup mereka Corey (2007). Ukuran seorang konselor dan psikoterapis kapabel atau tidak menurut Corey bukan tergantung pada sertifikat yang ia miliki. Kadang-kadang, dengan selembar sertifikat seseorang dianggap kualifide, tetapi dalam prakteknya amburadul. Banyak juga ditemukan orang yang tidak memiliki keabsahan apapun untuk melakukan terapi tetapi justru bisa malakukan terapi dengan sangat efektif. Jika profesi anda adalah konselor, maka  ukuran kapabilitasnya sebenarnya tergantung pada sejauh mana anda memahami diri anda sendiri. Katakan tidak jika memang anda tidak sanggup menanganinya. Diskusikan dengan teman seprofesi atau dirujuk kepada mereka yang anda anggap mampu. Itu salah satu cerminan sikap profesional.
5.    Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness
a)      Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
b)     Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
c)     Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.
d)      Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
e)      Integrative/Holistic Therapy
Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. Seperti seorang klien yang mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, digunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus.

6.    Bentuk utama terapi
Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu :

1. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Merupakan perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
a.       Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
b.     Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
c.       Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.

Penyembuhan supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya :
a.       Bimbingan (Guidance)
b.      Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
c.       Pengutaraan dan penyaluran arah minat
d.      Tekanan dan pemaksaan
e.       Penebalan perasaan (Desensitization)
f.       Penyaluran emosional
g.      Sugesti
h.      Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)

2. Penyembuhan Reedukatif (Reeducative Therapy)
Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain
a.       Penyembuhan sikap (attitude therapy)
b.      Wawancara (interview psychtherapy)
c.       Penyembuhan terarah (directive therapy)
d.        Psikodrama, dll

3. Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Penyembuhan rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
a.       Psikoanalisis
b.      Pendekatan transaksional (transactional therapy)
c.       Penyembuhan analitik berkelompok





Sumber:
Corey, Gerald. (2009). Teori Konseling dan Psikoterapi. PT Refika Aditama.
Corsini, R.J. & Wedding, D. (2011). Current Psychotherapies. Ed. 9. Belmont: Brooks/Cole.
Singgih, Gunarsa. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Supriyadi T, Indrawati E. (2005). Psikologi Konseling.  Semarang: Antari Cipta Sejati.
Wolberg L.R. (1977). What is Psychotherapy?  in  The Technique os Psychotherapy, Part One, Grune & Stratton. New York, San Fransisco, London.